Cerita - Kari Mongkong
Dahulu
kala di desa Muer kecamatan Plampang hidup seorang janda tua bersama
dua orang anaknya Karimongkong dan adiknya. Keduanya laki – laki.
Karimongkong dipanggil demikian karena bentuk tubuhnya yang bongkok.
Sebenarnya Karimongkong bukanlah anak kandung dari janda tersebut.
Karimongkong dulunya ditemukan oleh suaminya di tepi sebuah sungai.
Kemudian dijadikan anak oleh mereka karena saat itu mereka belum
mempunyai anak.
Almarhum
ayahnya mempunyai seorang saudara yang sangat kaya raya. Saudaranya itu
mempunyai seorang putri yang sangat cantik jelita. Namun, meskipun
Karimongkong mempunyai paman yang sangat kaya namun hidupnya tetaplah
miskin. Hidupnya hanya tergantung dari penghasilannya membantu
tetangganya di sawah dan kebun ditambah dari hasil memelihara beberapa
ekor ayam. Sampai dengan usia 25 tahun Karimongkong tetap hidup pas-
pasan.
Sebagai
seorang laki – laki, Karimongkong berkeinginan untuk dapat beristri
dengan seorang gadis cantik dan kaya raya. Dan hatinyapun tertambat pada
gadis sepupunya, untuk itu dia mencoba menyampaikan maksudnya kepada
ibunya.
“Bu saya kepingin kawin dengan gadis anaknya Paman,” demikian Karimongkong mengawali pembicaraannya.
“Cobalah ibu pergi meminangnya”, lanjutnya.
“Apa kamu tidak salah ucap,” jawab ibunya.
“Tidak Bu”, jawab Karimongkong serius.
“Kita ini kan orang miskin tidak pantas untuk mereka”, sergah ibunya. ”Cobalah Bu, siapa tahu diterima”, rengek Karimongkong.
Atas desakan Karimongkong, Ibunya akhirnya menyetujui toh dia masih mempunyai hubungan keluarga, pikir ibunya.
Keesokan
harinya berangkatlah Ibunya Karimingkong untuk meminang gadis pamannya.
Sesampainya di rumah Pamannya, Ibunya Karimongkong segera menyampaikan
maksudnya setelah terelebih dahulu ditanya oleh istri paman Karimongkong
dalam lawas sumbawa.
Datang Buya Lomar Eta
Tada Punti Sang
Lala Jepak mara kasela
Lala Bule mara jeruk
Lala Buntu mara Miri
Maksud
keseluruhanny hádala bahwa atas pinangan terhadap anak gadisnya, ibu si
gadis marah – marah disertai sumpah serapah yang mengatakan bahwa
anaknya tidak pantas dijodohkan dengan Karimongkong yang miskin lagipula
jelek.
Mendapat perlakuan seperti itu maka kembalilah ibu Karimongkong kerumahnya disambut oleh Karimongkong dengan pertanyaan.
“Mujur atau Madang Bu?,” tanya Karimogkong
“Batang kele bali no tu bau pengo anak e”, Jawab ibunya.
Ungkapan
bahasan Sumbawa yang artinya lamaran kita ditolak. Meskipun
lamarannya ditolak, Karimongkong tetap bersikeras dan menyuruh ibunya
kembali untuk melamar yang kedua kalinya.
“Cobalah
Bu, jangan putus asa”, Karimongkong memberi semangat lepada ibunya.
“Kali ini mungkin kita diterima”, lanjutnya merajuk. Beberpa hari
kemudian berangkatlah Ibu Karimongkong untuk melamar yang kedua kalinya.
Berat rasanya untuk melaksanakan kehendak Karimongkong karena hasilnya
hampir dipastikan bahwa lamaran akan ditolak. Dan memang benar, ketika
ibu Karimongkong menjelaskan maksudnya maka kembli istri pamannya itu
menolak dengan sumpah serapah yang lebih keras lagi. Bukan hanya
pelakuan itu, tetapi Ibu karimongkong disiram dengan air cucian beras ke
wajah dan tubuh ibu Karimonkong. Perempuan itupun pulang dengan
perasaan yang tersayat – sayat, menyesal dan merasa bersalah.
Sesampainya di rumah diceritakan peristiwa yang dialaminya lepada
Karimongkong. Namur Karimongkong tetap pada pendiriannya bahwa ibunya
harus mencoba untuk yang ketiga kalinya.
Ibu
Karimongkong memang Sangat menyayangi anaknya itu, sehingga sakit di
badan dan pedihnya hincan dan cemoohan yang dialaminya pada dua kejadian
terdahulu seakan – akan tak diperdulikannya. Kali ini ia berangkat
untuk yang ketiga kalinya dan sudah dibayangkan tentunya hincan dan
cacian, cemoohan dan siksaan akan lebih berat lagi. Dan seperti juga
lamaran pertama dan kedua, kali ini ibu Karimongkong mendapat cacian dan
cercaan yang luar biasa. Bahkan ibu Karimongkong disiksa dengan digitan
anjing beranak. Dengan menahan rasa sakit di badan dan perih di hati
Ibu Karimongkong pulang. Sesampainya di rumah diceritakanlah kepada
Karimongkong tentang segala peristiwa yang telah dialaminya, dan
memperlihatkan luka – luka bekas gigitan anjing beranak itu.
Mendengar
laporan ibunya dan melihat luka – luka yang dialami ibunya,
Karimongkong merasa iba dan kasihan kepada ibunya itu. Karimongkong
rupanya belum putus asa. Dia sekarang berpikir menempuh cara lain.
Diambilnya seekor ayam jantan kesayangannya. Dielus – elusnya ayam
jantan itu. Sambil menggelar sayapnya dan memberi jampi – jampian pada
sayap ayam itu. Dengan dibantu sang adik, ayam tersebut dibawa kerumah
gadis idamannya. Sesampainya disana, ayam jantan itupun terbang dan
hinggap dijendela kamar sang gadis pujaan Karimongkong. Sang gadis
pujaan tertegun. Ayam jantan itu berkokok dengan merdu dan aneh yaitu
mengeluarkan suara seperti amnusia. Dalam bahasa sumbawa melantunkan lawas :
Kukuuuuuu Wak Wak
Bakatoan tanag tenrang
Jina rampak beling no
Ma panto Lala datang diri
Mendengar
Lawas itu sang gadis terpikat hatinya dan ingin memiliki ayam tersebut.
Namun disaat itu pula ayam tersebut ditangkap oleh adik Karimongkong.
Sang gais berujar :
”Hei !..... ayam itu milikku ”
”Bukan
! ini ayam kakakku Karimongkong”, jawab adik Karimongkong ”Kalau ayam
itu ayam kakakmu cobalah kamu buktikan”, kata sang gadis.
Oleh
adik Karimongkong disuruhlah ayam jantan itu berkokok menyuarakan lawas
seperti yang disuarakan di jendela kamar di gadis. Mendengar lawas
tersebut maka yakinlah si gadis bahwa ayam tersebut adalah milik
Karimongkong. Selanjutnya sejak sang gadis mendengar lawas yang
disuarakan oleh ayam jantan milik Karimongkong, anehnya sang gadis
selalu dihantui perasaan ingin bertemu dan bercengkrama dengan
Karimongkong.
”Ayamnya
saja sudah pandai balawas. Apalagi Karimongkong tentu orangnya sangat
pandai dan halus tutur bahasanya”, pikir sang gadis.
Sementara itu dirumah Karimongkong, adiknya bercerita kepada Karimongkong.
”Gadis itu menginginkan ayam ini wahai Kakak. Dan aku tak mengerti kenapa ia begitu ingin ayam ini,” kata adiknya.
Karimongkong kemudian balawas :
Amar kaku ta ina e
Ku kajuluk bage goro
Le ku gerik si le guger
Di
rumah sang gadis, ayah sang gadis nampak bimbang dengan permintaan
anaknya yang ingin kawin dengan Karimongkong. Namun merekapun kuatir
terjadi hal – hal yang tidak diinginkan jika permintaan anak gadisnya
tidak dipenuhi. Maka dipanggillah Karimongkong ke rumah si gadis.
“Karimongkong, aku inging menjodohkan anakku denganmu,” kata ayah sang gadis yang juga pamannya.
Karimongkong
menolak menolak dengan halus dan berkata bahwa dirinya Sangay tidak
pantas dengan keluarga pamannya. Beberapa kali pamannya membujuk dan
merayu Karimongkong, Namun Karimongkong tetap menolak. Mendengar
pembicaraan Karimongkong dengan ayahnya sang gadis tidak tahan dan
keluar dari kamarnya untuk berbicara dengan Karimongkong. Begitu melihat
sosok yang jelita dan cantik rupawan di hadapannya Karimongkong pun
tak dapat menolak lagi. Sambil terkagum Karimongkong menjawab bersedia
dan menerima permintaan pamannya sembari balawas
Balong Kapuli ke
Andi Lema genap bua eta
Pape lolo na pina su
Usai
Karimongkong balawas, tiba – tiba terjadi hal yang menakjubkan pada
Karimongkong. Tubuhnya yang tadinya bongkok berubah menjadi tegap.
Parasnya menjelma menjadi sosok pemuda yang tampan bak seorang pangeran.
Karimongkong adalah titisan dewa. Melihat hal itu pamannya balawas
Tu lalo ko bale pangulu
Beang nginum tepung bulu
Mundi nika dunung ngulu
Singkat
cerita maka kawinlah Karimongkong dengan sang gadis dalam suasana yang
meriah. Karimongkong dan istri beserta ibu dan adiknya hidup bahagia
sepanjang hayatnya.
Sumber : Hj. Andi Sarpan (Kec. Plampang)
http://www.sumbawakab.go.id/cerita.php?id=8
Last Updated (Friday, 31 December 2010 06:01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar